Breaking

Tuesday, July 14, 2020

Susu Diana

Kisah Desahan Cewek - Begitu rasanya malas sekali karena pagi itu aku berangkat ke kantor pagi seklai karena banyak kerjaan yang menumpuk dan yang tidak enaknya saat berangkat di tengah jalan hujan turun deras sekali, karena tidak ingin basah kuyup jadinya aku berteduh di sekitar warung terdekat.


Ibu permisi numpah berteduh Entah gak tau aku siapa namanya saat itu, hujan mendadak turun tanpa ada pertanda mendung.

“Gak apa apa dik silahkan berteduh nunggu hujan reda kalau di lanjut perjalanannya malah basah kuyup, jawab ibu pemilik warung tersebut. Cerita Dewasa

“Saya pesan kopi susunya Bu, jangan banyak-banyak gulanya ya,” pintaku setelah mengambil duduk dalam warung itu. Sambil menunggu pesananku, kuamati pemandangan sekeliling warung itu.

Warung tempat kuberteduh terlihat sangat rapi dan bersih, walaupun ukurannya kecil. Sungguh, aku baru kali itu singgah disana, meskipun sehari-hari kerab melintasi jalan di depannya. Pagi itu, ada tiga
orang yang turut berteduh sambil sarapan,

Kelihatannya mereka itu sopir dan kenek angkot yang pangkalannya tak seberapa jauh dari warung itu.
Belum lagi kopi susu yang kupesan tiba dihadapanku, kulihat dua wanita muda masuk ke warung.

“Uhh, gila hujannya ya Fin.., untung sudah sampai sini,” kata yang berbadan agak gemuk pada temanya yang lebih langsing.

Dari penampilan mereka aku bisa menebak kalau mereka adalah sales promotion girl (SPG), dibelakang baju kaos yang mereka pakai ada sablonan bertulis Susu Siip (sengaja disamarkan), produk susu baru buatan lokal. Keduanya langsung duduk dibangku panjang tepat di depanku.

“Ini Dik kopi susunya, apa nggak sekalian pesan sarapan Dik?” ibu pemilik warung membawakan pesananku.

“Makasih Bu, ini saja cukup. Saya sudah sarapan kok,” jawabku, Ibu itu pun berlalu, setelah sempat
menawarkan 

“Oh Mas Andy toh namanya. Pulang kerjanya jam berapa Mas biar bisa ketemu nanti kalau kami
kerumahnya,” si gemuk yang ternyata bernama Diana bertanya sambil senyum-senyum padaku.

“Jam empat sore juga saya sudah dirumah kok. Mbak Diana dan Mbak Wati boleh kesana sekitar jam itu, saya tunggu ya,” jawabku. Wati yang langsing juga tersenyum.

Aku kemudian membayar kopi susu pesananku dan meninggalkan warung, untuk segera menuju ke kantor. Jam 3 sore aku sudah menyelesaikan laporanku yang menumpuk, dan aku langsung pulang kekontrakanku.

Oh ya umurku saat itu sudah menginjak 28 tahun, ceritasexdewasa.org aku coba mandiri merantau dikota kembang ini. Kuputar lagu-lagu melankolisnya Katon Bagaskara di VCD Player sambil kunikmati berbaring dikasur kamarku.

Foto Lusi kupandangi, pacarku itu sudah tiga minggu ini pindah ke Jakarta, bersama pindah tugas
bapaknya yang tentara. Kayaknya sulit melanjutkan tali kasih kami, apalagi jarak kami sekarang jauh.

Dan sepertinya ini takdirku, berkali-kali gagal kawin gara-gara terpisah tiba-tiba, jadi jomblo sampai
umur segitu. Membayangkan kenangan manis bersama Lusi, aku akhirnya lelap tertidur ditemani tembang manis Katon.

Sampai akhirnya gedoran pintu kontrakan membangunkanku. Astaga sudah jam setengah 5 sore, aku segera membukakan pintu utama kontrakanku untuk melihat siapa yang datang.

“Sore Mas Andy, duh baru bangun ya? Maaf ya mengganggu lagi,” ternyata yang datang Diana dan Wati, SPG Susu yang kujumpai pagi tadi.

“Oh Mbak Diana dan Mbak Wati.., saya pikir nggak jadi datang. Silahkan masuk yuk, saya basuh muka sebentar ya,” kupersilahkan mereka masuk dan aku kekamar mandi membasuh mukaku.

Sore itu Diana dan Wati tidak lagi menggunakan seragam SPG, mereka pakai casual. Diana walau agak gendut jadi terlihat seksi mengenakan jeans ketat dipadu kaos merah ketat pula, sedangkan Wati yang langsing semakin asyik pakai rok span mini dipadu kaos kuning ketat.

Rumah kontrakanku type 36, jadi hanya ada ruang tamu dan kamar tidur yang ukurannya kecil, selebihnya dapur dan kamar mandi juga sangat mini dibagian belakang. Setelah basuh muka, aku menemani mereka duduk di ruang tamu.

“Wah ternyata Mas Andy ini Kerja di Farmasi ya, boleh dong kapan-kapan kita di jelasin masalah obat
Mas?” Diana buka bicara saat aku duduk bersama mereka.

“Tentu boleh, kapan Mbak mau datang aja kesini,” jawabku.

Selanjutnya kami kembali bicara masalah produk susu yang mereka pasarkan. Bergantian bicara, Diana dan Wati menjelaskan kalau susu yang mereka jual ada beberapa macam dengan kegunaan yang beragam.

Ada susu untuk ibu hamil, ibu menyusui, anak-anak usia sekolah, balita, bayi, orangtua, pertumbuhan
remaja, sampai susu greng untuk menambah vitalitas pria. Nah, untuk susu penambah vitalitas pria itu,
bicara mereka sudah berani agak porno dan mesum, membuat aku blingsatan mendengarnya.

“Hmm, boleh-boleh.. Saya ambil susu grengnya dua mbak, nanti kalau bagus saya tambah lagi lain kali,” aku memotong bicara mereka yang semakin ngawur.

“Nah gitu dong Mas, biar istri Mas senang kalau suaminya greng,” Wati kembali bercanda.

“Duh.. Mbak, saya belum kawin nih. Maksud saya susu greng itu saya pakai buat kerja, supaya tetap fit
kalau kerja,” kataku.

Baca Juga : Penuh Dengan Gairah 

Jawabanku itu membuat mereka saling pandang, lalu keduanya tertawa sendiri.

“Wah kita kira Mas sudah punya istri, ternyata masih bujang. Kok ganteng-ganteng belum laku sih?” Diana menggoda.

Suasana terasa langsung akrab bersama dua SPG susu itu. Mereka pun menceritakan latar belakang mereka tanpa malu kepadaku. Diana, wanita berumur 26 tahun, dulunya karyawati sebuah bank, lalu berhenti karena dinikahi rekan sekerjanya.

Tapi kini dia janda tanpa anak sejak suaminya sakit dan meninggal, tiga tahun lalu. Sedangkan Wati,
bernasib sama. Wanita 24 tahun itu, pernah menikah dengan lelaki sekampungnya, tetapi kemudian jadi janda gantung sejak suaminya jadi TKI dan tak ada kabarnya sejak 4 tahun lalu. Keduanya terpaksa menjadi SPG untuk menghidupi diri.

“Kami malu Mas, sudah kawin masih bergantung pada orangtua, makanya kami kerja begini,” kata Wati. Cerita Hot

“Kalau Mas mau, gimana kalau saya seduhkan susu greng itu. Sekedar coba Mas, siapa tahu Mas jadi
pingin beli lebih banyak?” Diana menawarkanku setelah obrolan kami semakin akrab.

Belum sempat kujawab dia sudah bangkit dan menanyakan dimana letak dapur, ia pun menyeduhkan secangkir susu greng buatku. Susu buatan Diana itu kucicipi, lalu kuteguk habis, kemudian kembali ngobrol dengan mereka.

Saat itu jam menunjuk angka tujuh malam. Lima belas menit setelah meneguk susu buatan Diana, aku
merasakan dadaku bergemuruh dan panas sekujur tubuh, agak pusing juga.

“Ohh.. Kok saya pusing jadinya Mbak? Kenapa ya? Ahh..,” aku meremasi rambutku sambil bersandar di kursi bambu.

“Agak pusing ya Mas, itu memang reaksinya kalau pertama minum Mas. Mana coba saya pijitin lehernya,” Wati pindah duduk kesampingku sambil memijiti tengkuk leherku, agak enakan rasanya setelah jemari lentik Wati memijatiku.

“Nah, biar lebih cepat sembuh saya juga bantu pijit ya,” Diana pun bangkit dan duduk disampingku,
posisiku jadi berada ditengah keduanya.

Tapi, astaga, Diana bukannya memijit leherku malah menjamah celana depanku dan memijiti penisku yang mendadak tegang dibalik celana.

“Ahh Mbaak.., mmfphh.. Ehmm,” belum selesai kalimat dari bibirku, bibir Wati segera menyumpal dan melumat bibirku.

Gila pikirku, aku hendak menahan aksi mereka tapi aku pun terlanjur menikmati, apalagi reaksi susu sip yang kuteguk memang mujarab, birahiku langsung naik. Akhirnya kubalas kuluman bibir Wati, kusedot bibir tipisnya yang mirip Enno Lerian itu.

“Waduh.., gede juga Andy juniornya Mas,” ucapan Diana kudengar tanpa melihatnya karena wajah Wati yang berpagutan denganku menutupi.

Tapi aku tahu kalau saat itu Diana sudah membuka resleting celanaku dan mengeluarkan penisku yang tegang dari celana. Sesaat setelah itu, kurasakan benda kenyal dan basah melumuri penisku, rupanya Diana menjilati penisku.

“Ahh.., tidak Mbak.., jangan Mbak,” kudorong tubuh Wati dan Diana, aku jadi panik kalau sampai adawarga yang melihat adegan kami.

“Ayolah Mas.. Kan sudah tanggung. Nanti pusing lagi loh,” Diana seperti tak puas, Wati pun menimpali. Cerita Seks

“Maksud saya jangan kita lakukan disini, takut kalau ketahuan Pak RT. Kita pindah kekamar aja yah,

” aku mengajak keduanya pindah ke kamar tidurku, setelah mengunci pintu utama kontrakanku.

Sampai di kamarku, bagaikan balita yang akan dimandikan ibunya, pakaianku segera dilucuti dua SPG itu, dan mereka pun melepasi seluruh pakaiannya. Wah tubuh mereka nampak masih terawat, mungkin karena lama menjanda.

Sebelum melanjutkan permainan tadi, kuputar lagi lagu Katon Bagaskara dengan volume agak keras supaya suara kami tak terdengar keluar. Setelah itu, aku rebah dikasurku dan Diana segera mengulangi aksinya menjilati, menghisap penisku yang semakin mengeras. 

Diana bagaikan serigala lapar yang mendapatkan daging kambing kesukaannya. Sedangkan Wati berbaring disisiku dan kami kembali berpagutan bibir, bermain lidah dalam kecupan hangat. Dalam posisi itu tanganku mulai aktif meraba-raba susu Wati disampingku, kenyal dan hangat sekali susu itu, lebih sip sari susu sip yang mereka jual kepadaku.

“Oh Mas, saya sudah nggak tahan Mas,” Diana mengeluh dan melepaskan kulumannya dipenisku.
“Ayo Lin, kamu duluan.. Tapi cepat yahh,” Wati menyuruh Diana.

Wanita bertubuh agak gemuk itu segera menunggangiku, menempatkan vagina basahnya diujung penisku Diana berposisi jongkok dan bless, penisku menembusi vaginanya.

“Ohh.. Aaauhh.. Mass hengg,” Diana meracau sambil menggenjot pinggulnya naik turun dengan posisi
jongkok diatasku. Kurasakan nikmatnya vagina Diana, apalagi lemak pahanya ikut menjepit di penisku.

Wati yang turut terbakar birahinya segera menumpangi wajahku dengan posisi jongkok juga, bibir
vaginanya tepat berada dihadapan bibirku langsung kusambut dengan jilatan lidah dan isapan kecil.
Posisi mereka yang berhadapan diatas tubuhku memudahkan keduanya saling pagut bibir, sambil pinggulnya memutar, naik turun, menekan, diwajah dan penisku.

Lima belas menit setelah itu, Diana mempercepat gerakannya dan erangannya pun semakin erotis terdengar.

“Ahh Mass.., sayaa kliimmaakss.. Ohh ammphhuunnhh,” Diana mengejang diatasku, lalu ambruk berbaring disamping kananku. Melihat Diana KO, Wati kemudian turun dari wajahku dan segera mengambil posisi Diana, dia mau juga memasukkan penisku ke memeknya.

“Ehh tunnggu Mbak Wati, tunggu,” kuhentikan Wati.

Aku bangkit dan memeluknya lalu membaringkannya dikasur, sehingga akulah yang kini diatas tubuhnya.

Baca Juga : Janda Ganas

“Mass.. Aku pingin seperti Diana Masshh.. Puasin aku ya.. Meemmppffhh.. Ouhh Mass,” Wati tersengal- sengal kuserang cumbuan, sementara penis tegangku sudah amblas dimekinya.

“Ohh enakhhnya memekmu Watthh.. Enakhh ughh,”
“Engh.. Genjot yang kerass Mass, koontollmu juga ennahhkk.. Ohh Mass,” Wati dan aku memanjat tebing kenikmatan kami hingga dua puluh menit, sampai akhirnya Wati pun mengejang dalam tindihanku.

“Amphhunn Mass.. Ohh nikhhmatt bangghett Masshh..,” Wati mengecup dadaku dan mencakar punggungku menahan kenikmatan yang asyik.

“Iya Watt.. Inii untukkhhmu.. Ohh.. Oohh,” aku pun menumpahkan berliter spermaku ke dalam vagina Wati.

Setelah sama-sama puas, dua SPG susu itu pun berlalu dari rumahku, kutambahkan dua lembar ratusan ribu untuk mereka. Aku pun kembali tidur dan menghayalkan kenikmatan tadi. Cerita Sex

No comments:

Post a Comment